Banyak orang yang ingin
mencari tahu kiat sukses para pengusaha papan atas. Mereka ingin mengetahuinya
supaya bisa juga meraih kesuksesan seperti perngusaha-pengusaha tersebut.
Sebagai salah satu pebisnis paling berhasil di negeri kita, Sukanto Tanoto, bisa dikedepankan. Ia
ternyata memiliki resep keberhasilan yang unik. Satu di antaranya tidak terduga
karena berkaitan erat dengan keluarga.
Selama ini, kiat sukses
para pebisnis sering dikaitkan dengan kemampuan pribadinya. Entah berupa
keteguhan mental, kemauan keras, atau keberanian untuk memulai. Biasanya sosok
pribadi si pengusaha yang akan menentukan.
Hal itu tidak salah.
Pengusaha memang butuh sejumlah mentalitas khusus supaya berhasil. Pola pikir
itu beragam seperti tidak mau menyerah, mau belajar, hingga luwes dalam
pergaulan sehingga bisa memiliki jejaring luas.
Sukanto Tanoto juga memiliki mentalitas
khas pengusaha yang sukses. Ia merupakan sosok pekerja keras. Dari kecil,
pendiri grup Royal Golden Eagle ini terbiasa bekerja untuk menghidupi diri
sendiri.
Bayangkan, pada umur 18 tahun, Sukanto Tanoto sudah harus bekerja mengelola
toko keluarga karena sang ayah terkena penyakit stroke. Sebagai anak tertua dari tujuh bersaudara, Sukanto Tanoto harus mengambil alih
tanggung jawab. Terlebih lagi ia sudah putus sekolah karena sekolahnya ditutup.
Ia pun tidak bisa melanjutkan ke sekolah negeri karena ayahnya masih berstatus
sebagai sebagai warga negara asing.
Namun, jangan bayangkan
usaha keluarga yang dikelola Sukanto
Tanoto merupakan bisnis kelas kakap. Bisnis ayahnya saat itu hanya sebuah toko
yang menjual bensin, minyak, dan onderdil mobil. Lokasinya pun cuma di sebuah
rumah toko kecil dengan dua lantai di Medan. Di sana Sukanto Tanoto bekerja sekaligus tinggal.
Meski begitu, hal tersebut
justru menjadi awal pembentukan naluri bisnis Sukanto Tanoto. Ketika mendapat kesempatan untuk mengembangkan
bisnis pribadi, kapasitasnya sebagai pengusaha kian terbentuk.
Kala itu, Sukanto Tanoto mendapat kesempatan untuk
membuka usaha suplier perminyakan dan
general contractor. Ia segera menerimanya
meski tidak punya pengalaman sama sekali.
Pekerjaannya malah
dijadikan sarana belajar. Maka, Sukanto
Tanoto segera mengerjakan proyek pembuatan rumah, lapangan golf, hingga
pengadaan traktor. Selain itu, ia mesti memasang AC dan pipa-pipa. Bidang itu
jauh berbeda dari kesehariannya.
Akan tetapi, berani
mengambil peluang merupakan salah satu karakter khas pengusaha andal. Sukanto Tanoto memperlihatkannya
sembari menjadikannya sebagai sarana belajar. “Bisnis itu menjadi sekolah
teknik bagi saya,” katanya.
Masih banyak karakter diri
Sukanto Tanoto yang membentuknya
untuk sukses. Namun, ia memiliki satu yang berbeda dibanding pebisnis lain.
Pria kelahiran Belawan ini menilai keluarga berperan penting dalam
keberhasilannya saat ini.
Sukanto Tanoto menikah dengan Tinah Bingei Tanoto. Dari pernikahan
tersebut, ia dikaruniai empat orang anak. Bagi Sukanto Tanoto, keluarga yang
menjadikan dirinya seperti sekarang. Oleh karena itu, ia tidak pernah
menganggap remeh keluarga.
PERAN KELUARGA BAGI BISNIS
Sukanto Tanoto mengungkapkan arti penting keluarga di matanya ketika
berbagi inspirasi bisnis sukses di depan para mahasiswa Wharton School
of the University of Pennsylvania di Singapore Management University pada 25
Mei 2015. Pada kesempatan tersebut, ia menjelaskan betapa penting dukungan
moril keluarga dalam menjaga kelangsungan bisnisnya.
Peran penting keluarga
yang dikisahkan oleh Sukanto Tanoto
terlihat jelas ketika ia menghadapi krisis moneter pada 1997. Kala itu, krisis
keuangan yang menghantam dunia ikut menerpa Indonesia. Rupiah rontok dan nilai
tukarnya anjlok. Tak ayal, utang yang dimiliki Sukanto Tanoto dalam mata uang asing seperti dollar Amerika Serikat
melonjak dratis.
Kala itu banyak perusahaan
yang jatuh. Kebangkrutan menjadi hal biasa. Grup Royal Golden Eagle juga
menghadapi ancaman serupa. Sejumlah perusahaannya terancam gulung tikar.
Untuk melewati krisis
dengan baik, Sukanto Tanoto berpikir
keras dan berusaha mencari solusi. Dia akhirnya menjual sejumlah aset yang ada
di Tiongkok. Dananya akhirnya ia gunakan untuk membayar sejumlah pinjaman yang
jatuh tempo.
Sukanto Tanoto mengakui keputusan itu
dilakukannya dengan berat hati. Namun karena dirasa sebagai langkah yang
terbaik, ia tak segan melakukannya.
Bersamaan dengan itu, Sukanto Tanoto juga bernegosiasi untuk
menjadwalkan utang perusahaannya. Bukan hanya itu, ia malah melakukan ekspansi
bisnis dengan meningkatkan ekspor.
Tentu tidak mudah
mengambil putusan cerdik di tengah krisis besar seperti badai moneter yang
menghancurkan bisnis. Kunci keberhasilannya ialah ketenangan hati yang
dimiliki. Di sinilah peran keluarga Sukanto Tanoto sangat besar.
Sukanto Tanoto mengisahkan ia menjelaskan dengan baik dampak krisis
kepada seluruh anggota keluarganya. Ia tak menutupi sama sekali bahwa ancaman
akan terjadi kebangkrutan. Dia bahkan meminta keluarganya untuk bersiap-siap
pindah dari rumahnya sewaktu-waktu. Pasalnya, besar kemungkinan badai krisis
memaksanya menjual tempat tinggal dan pindah ke apartemen yang kecil.
Kabar itu merupakan kabar
pahit. Tidak akan ada yang suka mendengarnya. Keluarga mana pun itu. Namun
keluarga Sukanto Tanoto tetap
menyemangati. Mereka mendukung apa pun putusan Sukanto Tanoto dengan sepenuh hati.
“Saya ingat putri saya
membuat sebuah catatan yang sangat menyentuh hati. Hingga kini, catatan itu
tetap saya simpan. Dulu, selalu saya letakkan di samping tempat tidur. Isinya
menyatakan, ’Papa, apa pun yang terjadi, kami siap. Kami selalu bersamamu.’,”
kenang pria kelahiran 25 Desember 1949 ini.
MELEWATI KRISIS DAN BERKEMBANG
Dalam masa krisis,
terkadang pikiran seorang pengusaha begitu terbebani. Mereka butuh dukungan
dalam bentuk apa pun dari siapa saja terutama pihak keluarga. Kemampuan
keluarga Sukanto Tanoto dalam
mendampingi sungguh luar biasa. Hal itu membuat Sukanto Tanoto merasa tenang dan mampu mengambil putusan bijak
berkat ketenangan hati yang diperoleh.
Oleh karena itu, jika
ingin meraih kesuksesan, seorang pengusaha pantang meremehkan faktor keluarga.
Mereka berperan penting dalam menjadi penyemangat dan tempat berkeluh kesah.
Sukanto Tanoto menyarankan supaya pebisnis memiliki pihak yang bisa
diajak bicara untuk meringankan beban, siapa pun itu. Bagi Sukanto Tanoto, pihak tersebut adalah
keluarganya. Bagi orang lain bisa jadi itu teman dekat.
Berkat itu, Sukanto Tanoto berhasil melewati krisis moneter
1997 dengan mulus. Royal Golden Eagle masih bertahan hingga sekarang. Bahkan,
terus berkembang hingga kian besar.
Lihat saja, lingkup bisnis
Royal Golden Eagle sangat variatif. Grup ini memiliki perusahaan yang bergerak
di bidang kayu lapis, kelapa sawit, pulp
and paper, energi, hingga serat viscose.
Kini, Royal Golden Eagle
sudah layak disebut sebagai korporasi skala internasional. Mereka memang tidak
hanya beroperasi di Indonesia. Royal Golden Eagle juga memiliki cabang bisnis
di Singapura, Malaysia, Filipina, Kanada, Brasil, Tiongkok, dan Finlandia.
Bukan hanya itu, karyawan Royal Golden Eagle juga telah mencapai sekitar 50
ribu orang di berbagai negara.
Padahal, dulu, Sukanto Tanoto mengembangkan Royal
Golden Eagle dari nol. Kini korporasi besar yang dulu bernama Raja Garuda Mas
tersebut sudah memiliki aset senilai 15 miliar dollar Amerika Serikat.
Semua itu diakui oleh Sukanto Tanoto tidak mungkin berhasil
tanpa dukungan keluarga yang total. Oleh karena itu, bagi para pengusaha jangan
remehkan arti penting keluarga.
No comments:
Post a Comment