Saturday, July 22, 2017

Dukungan Keluarga Di Balik Keberhasilan Sukanto Tanoto


Banyak orang yang ingin mencari tahu kiat sukses para pengusaha papan atas. Mereka ingin mengetahuinya supaya bisa juga meraih kesuksesan seperti perngusaha-pengusaha tersebut. Sebagai salah satu pebisnis paling berhasil di negeri kita, Sukanto Tanoto, bisa dikedepankan. Ia ternyata memiliki resep keberhasilan yang unik. Satu di antaranya tidak terduga karena berkaitan erat dengan keluarga.
Selama ini, kiat sukses para pebisnis sering dikaitkan dengan kemampuan pribadinya. Entah berupa keteguhan mental, kemauan keras, atau keberanian untuk memulai. Biasanya sosok pribadi si pengusaha yang akan menentukan.
Hal itu tidak salah. Pengusaha memang butuh sejumlah mentalitas khusus supaya berhasil. Pola pikir itu beragam seperti tidak mau menyerah, mau belajar, hingga luwes dalam pergaulan sehingga bisa memiliki jejaring luas.
Sukanto Tanoto juga memiliki mentalitas khas pengusaha yang sukses. Ia merupakan sosok pekerja keras. Dari kecil, pendiri grup Royal Golden Eagle ini terbiasa bekerja untuk menghidupi diri sendiri.
Bayangkan,  pada umur 18 tahun, Sukanto Tanoto sudah harus bekerja mengelola toko keluarga karena sang ayah terkena penyakit stroke. Sebagai anak tertua dari tujuh bersaudara, Sukanto Tanoto harus mengambil alih tanggung jawab. Terlebih lagi ia sudah putus sekolah karena sekolahnya ditutup. Ia pun tidak bisa melanjutkan ke sekolah negeri karena ayahnya masih berstatus sebagai sebagai warga negara asing.
Namun, jangan bayangkan usaha keluarga yang dikelola Sukanto Tanoto merupakan bisnis kelas kakap. Bisnis ayahnya saat itu hanya sebuah toko yang menjual bensin, minyak, dan onderdil mobil. Lokasinya pun cuma di sebuah rumah toko kecil dengan dua lantai di Medan. Di sana Sukanto Tanoto bekerja sekaligus tinggal.
Meski begitu, hal tersebut justru menjadi awal pembentukan naluri bisnis Sukanto Tanoto. Ketika mendapat kesempatan untuk mengembangkan bisnis pribadi, kapasitasnya sebagai pengusaha kian terbentuk.
Kala itu, Sukanto Tanoto mendapat kesempatan untuk membuka usaha suplier perminyakan dan general contractor. Ia segera menerimanya meski tidak punya pengalaman sama sekali.
Pekerjaannya malah dijadikan sarana belajar. Maka, Sukanto Tanoto segera mengerjakan proyek pembuatan rumah, lapangan golf, hingga pengadaan traktor. Selain itu, ia mesti memasang AC dan pipa-pipa. Bidang itu jauh berbeda dari kesehariannya.
Akan tetapi, berani mengambil peluang merupakan salah satu karakter khas pengusaha andal. Sukanto Tanoto memperlihatkannya sembari menjadikannya sebagai sarana belajar. “Bisnis itu menjadi sekolah teknik bagi saya,” katanya.
Masih banyak karakter diri Sukanto Tanoto yang membentuknya untuk sukses. Namun, ia memiliki satu yang berbeda dibanding pebisnis lain. Pria kelahiran Belawan ini menilai keluarga berperan penting dalam keberhasilannya saat ini.
Sukanto Tanoto menikah dengan Tinah Bingei Tanoto. Dari pernikahan tersebut, ia dikaruniai empat orang anak. Bagi Sukanto Tanoto, keluarga yang menjadikan dirinya seperti sekarang. Oleh karena itu, ia tidak pernah menganggap remeh keluarga.



PERAN KELUARGA BAGI BISNIS
Sukanto Tanoto mengungkapkan arti penting keluarga di matanya ketika berbagi inspirasi bisnis sukses di depan para mahasiswa Wharton School of the University of Pennsylvania di Singapore Management University pada 25 Mei 2015. Pada kesempatan tersebut, ia menjelaskan betapa penting dukungan moril keluarga dalam menjaga kelangsungan bisnisnya.
Peran penting keluarga yang dikisahkan oleh Sukanto Tanoto terlihat jelas ketika ia menghadapi krisis moneter pada 1997. Kala itu, krisis keuangan yang menghantam dunia ikut menerpa Indonesia. Rupiah rontok dan nilai tukarnya anjlok. Tak ayal, utang yang dimiliki Sukanto Tanoto dalam mata uang asing seperti dollar Amerika Serikat melonjak dratis.
Kala itu banyak perusahaan yang jatuh. Kebangkrutan menjadi hal biasa. Grup Royal Golden Eagle juga menghadapi ancaman serupa. Sejumlah perusahaannya terancam gulung tikar.
Untuk melewati krisis dengan baik, Sukanto Tanoto berpikir keras dan berusaha mencari solusi. Dia akhirnya menjual sejumlah aset yang ada di Tiongkok. Dananya akhirnya ia gunakan untuk membayar sejumlah pinjaman yang jatuh tempo.
Sukanto Tanoto mengakui keputusan itu dilakukannya dengan berat hati. Namun karena dirasa sebagai langkah yang terbaik, ia tak segan melakukannya.
Bersamaan dengan itu, Sukanto Tanoto juga bernegosiasi untuk menjadwalkan utang perusahaannya. Bukan hanya itu, ia malah melakukan ekspansi bisnis dengan meningkatkan ekspor.
Tentu tidak mudah mengambil putusan cerdik di tengah krisis besar seperti badai moneter yang menghancurkan bisnis. Kunci keberhasilannya ialah ketenangan hati yang dimiliki. Di sinilah peran keluarga Sukanto Tanoto sangat besar.
Sukanto Tanoto mengisahkan ia menjelaskan dengan baik dampak krisis kepada seluruh anggota keluarganya. Ia tak menutupi sama sekali bahwa ancaman akan terjadi kebangkrutan. Dia bahkan meminta keluarganya untuk bersiap-siap pindah dari rumahnya sewaktu-waktu. Pasalnya, besar kemungkinan badai krisis memaksanya menjual tempat tinggal dan pindah ke apartemen yang kecil.
Kabar itu merupakan kabar pahit. Tidak akan ada yang suka mendengarnya. Keluarga mana pun itu. Namun keluarga Sukanto Tanoto tetap menyemangati. Mereka mendukung apa pun putusan Sukanto Tanoto dengan sepenuh hati.
“Saya ingat putri saya membuat sebuah catatan yang sangat menyentuh hati. Hingga kini, catatan itu tetap saya simpan. Dulu, selalu saya letakkan di samping tempat tidur. Isinya menyatakan, ’Papa, apa pun yang terjadi, kami siap. Kami selalu bersamamu.’,” kenang pria kelahiran 25 Desember 1949 ini.

MELEWATI KRISIS DAN BERKEMBANG
Dalam masa krisis, terkadang pikiran seorang pengusaha begitu terbebani. Mereka butuh dukungan dalam bentuk apa pun dari siapa saja terutama pihak keluarga. Kemampuan keluarga Sukanto Tanoto dalam mendampingi sungguh luar biasa. Hal itu membuat Sukanto Tanoto merasa tenang dan mampu mengambil putusan bijak berkat ketenangan hati yang diperoleh.
Oleh karena itu, jika ingin meraih kesuksesan, seorang pengusaha pantang meremehkan faktor keluarga. Mereka berperan penting dalam menjadi penyemangat dan tempat berkeluh kesah.
Sukanto Tanoto menyarankan supaya pebisnis memiliki pihak yang bisa diajak bicara untuk meringankan beban, siapa pun itu. Bagi Sukanto Tanoto, pihak tersebut adalah keluarganya. Bagi orang lain bisa jadi itu teman dekat.
Berkat itu, Sukanto Tanoto berhasil melewati krisis moneter 1997 dengan mulus. Royal Golden Eagle masih bertahan hingga sekarang. Bahkan, terus berkembang hingga kian besar.
Lihat saja, lingkup bisnis Royal Golden Eagle sangat variatif. Grup ini memiliki perusahaan yang bergerak di bidang kayu lapis, kelapa sawit, pulp and paper, energi, hingga serat viscose.
Kini, Royal Golden Eagle sudah layak disebut sebagai korporasi skala internasional. Mereka memang tidak hanya beroperasi di Indonesia. Royal Golden Eagle juga memiliki cabang bisnis di Singapura, Malaysia, Filipina, Kanada, Brasil, Tiongkok, dan Finlandia. Bukan hanya itu, karyawan Royal Golden Eagle juga telah mencapai sekitar 50 ribu orang di berbagai negara.
Padahal, dulu, Sukanto Tanoto mengembangkan Royal Golden Eagle dari nol. Kini korporasi besar yang dulu bernama Raja Garuda Mas tersebut sudah memiliki aset senilai 15 miliar dollar Amerika Serikat.

Semua itu diakui oleh Sukanto Tanoto tidak mungkin berhasil tanpa dukungan keluarga yang total. Oleh karena itu, bagi para pengusaha jangan remehkan arti penting keluarga.


No comments:

Post a Comment